Semua kue yang dibuat di Jessi Cake House ONLY MADE BY ORDER. Tanpa bahan pengawet, rhum dan pewarna berbahaya



Protected by Copyscape Plagiarism Checker

I Love Music

free counters

My Dear Friends, Follow Me

Jessi Cake House

Kreasi Menu Dapurku

header photo

Your New Comment

Archive

Sehati Dalam Mendidik Anak

Mendidik anak merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam upaya meletakkan dasar-dasar bagi anak guna perkembangan kepribadian, sikap perilaku maupun berpikir anak dan sebagainya, untuk menyongsong kehidupan mereka kedepan kelak.

Semua pihak yang terlibat dalam lingkup kehidupan anak (orangtua, mertua, kakek-nenek, saudara, pembantu) harus menjadi sebuah tim yang satu bahasa. Hal ini dibutuhkan agar arah tujuan didikan menjadi jelas dan terarah, sehingga pembentukan anak melalui langkah didikan dapat berjalan seperti diharapkan. Satu bahasa dan sehati dalam mendidik anak sangat penting peranannya.

Satu Bahasa dan Sehati Antara Suami Istri

Jika salah satu orangtua sedang melakukan upaya didikan terhadap anak misalnya papanya sedang mendisiplinkan dalam hal tertentu, kemudian si anak nangis dan datang pada mamanya sambil mengatakan “ma, papa jahat..” Langkah bijaksana agar tidak merusak didikan yang harus dilakukan mamanya adalah memeluk anak tersebut dan mengatakan “papa melakukan itu karena sayang sama kamu, supaya kamu menjadi baik, kalau kamu baik dan mau disiplin, tentu papa tidak akan menghukum kamu.” tetap berikan simpati dan empati anda yang benar pada anak. Didikan tersebut akan rusak apabila mamanya berkata” sini sama mama, memang papamu itu jahat...” serta melakukan pembelaan sambil menyalahkan dan memarahi yang sedang mendidik di depan anak. Hal ini akan menjadikan anak merasa selalu benar dan tidak tahu serta tidak memahami kesalahannya, keadaan seperti ini akan merusak anak. Demikian sebaliknya jika mamanya sedang melakukan didikan, papanya agar tidak melakukan tindakan yang dapat merusak maksud didikan tersebut.

Kalau diantara suami istri terdapat perbedaan prinsip, pendapat dalam cara  mendidik anak, sebaiknya diskusikan tidak di hadapan anak-anak. Apakah di kamar,  saat di luar rumah, dalam mobil dan sebagainya, silahkan perdebatkan dan diskusikan, intinya pada tempat dan situasi di mana tidak ada anak-anak.

Satu Bahasa dan Sehati Antara Orangtua dan Kakek Nenek

Masalah mendidik anak akan semakin kompleks jika lingkup keberadaan anak tidak hanya bersama orangtuanya saja tetapi juga kakek neneknya. Sering terjadi faktor tidak adanya satu bahasa maupun sehati antara orang tua dengan kakek nenek si anak. Banyak kasus-kasus ditemukan tentang anak ”bermasalah” akibat adanya faktor tidak satu bahasa maupun sehati ini.

Kecenderungan rasa kasih sayang yang sangat besar dari kakek nenek terhadap cucunya tidak dapat dipungkiri, hanya sayangnya bentuk ungkapan yang terkadang berlebihan tersebut  tanpa disadari justru mendorong terbentuknya  sifat manja bagi si anak atau cucu mereka.

Apa yang dilakukan kakek nenek tersebut mungkin dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti diantaranya, dulu tidak dapat mengasihi anak-anaknya dengan lebih karena dipengaruhi ekonomi yang masih kekurangan, bisa juga ingin menjadi lebih berarti di masa tuanya terhadap cucu-cucunya karena sudah tidak begitu berarti bagi anak-anaknya yang sudah pandai dan berhasil serta tidak lagi bisa dipengaruhi dan menasihati sebagaimana seperti sebelumnya. Hal-hal tersebut sehingga kakek nenek tersebut demikian mengasihi dan menyayangi cucunya, menjadi berarti bagi cucu-cucu mereka di masa tuanya, walaupun lecenderungan yang terjadi seringkali kakek nenek dalam mengaktualisasikan kasih sayangnya terkesan berlebihan.

Hal kecil yang bisa dijadikan contoh seperti ketika si mama menerapkan aturan untuk tidak boleh makan es karena akan mengakibatkan batuk, anak akan datang pada kakek atau neneknya untuk mengutarakan keinginannya, karena dilandasi rasa sayang maka nenek atau kakek membelikan atau mungkin semakin parah lagi jika disertai kata-kata, mamamu itu memang pelit dan sebagainya.... Keadaan ini akan menciptakan dualisme bagi si anak, bisa jadi akan memberontak terhadap aturan orangtuanya.

Keadaan ini selama tidak menimbulkan konflik antara orangtua si anak dengan kakek nenek, it’s ok saja. Namun jika sampai terjadi anak memberontak pada perintah dan aturan orangtua, orangtua konflik dengan kakek nenek karena merasa diintervensi, tentu tidak bisa dibiarkan dan dipandang sepele sebagai bagian dari suatu proses pembentukan anak.

Langkah yang paling bijaksana adalah membicarakan dan mendiskusikan antara orangtua dan kakek nenek si cucu, berkaitan dengan proses perjalanan untuk pembentukan demi kemajuan anak. Bicarakan juga dengan baik mengenai otoritas orangtua agar kakek nenekpun menyadari untuk dapat menghormati otoritas tersebut dan tidak mencampuri terlalu dalam, dengan demikian akan timbul rasa saling kesepahaman dan kesehatian demi anak dan cucu mereka.

Satu Bahasa dan Sehati Antara Orangtua dan Guru

Demikian juga halnya untuk dilakukan antara orangtua dan guru harus satu bahasa dan sehati di hadapan anak-anak. Kalau ada perbedaan, diskusikan dengan guru, jika dipandang guru terlalu berlebihan dalam tingkah lakunya laporkan kepada Kepala Sekolah, dan jangan ceritakan apa yang dilakukan kepada anak anda. Tidak tepat dan tidak bijaksana jika melabrak gurunya, jangan pernah untuk jadi pahlawan dalam urusan yang semacam ini. Karena jika ini anda lakukan, maka anak dapat menjadi tidak hormat pada gurunya, anak tidak akan belajar menghormati otoritas di atasnya, memberontak di sekolah sehingga akhirnya pelajaran di sekolahpun tidak bisa masuk ke otaknya, sayang bukan???... Menjadi pahlawan bagi anak-anak anda dalam bidang lain adalah merupakan sebuah contoh baik dan langkah yang sangat bijaksana.

Hal lain yang tidak kalah pentingnya bagi para orangtua adalah jangan pernah mengucapkan kata-kata negatif yang berkaitan dengan guru dan sekolah si anak apalagi di hadapan anak, sebab akan menyebabkan anak menjadi tidak menghargai atau respek lagi pada guru dan sekolahnya, tentunya kita sendiri dan anak yang akan rugi. Jika memang dalam pandangan anda dianggap sudah terlalu parah dan berdampak tidak baik, sebaiknya pindahkan saja ketempat lain yang lebih kondusif menurut penilaian anda, tanpa perlu mengatakan hal-hal yang negatif terhadap guru dan sekolah si anak.

Satu Bahasa dan Sehati Antara Orangtua dan Suster atau Pembantu

Bagi anda yang aktifitasnya sangat sibuk dan waktu terasa demikian sempit tentu banyak yang menggunakan jasa suster atau pembantu. Jika pada suatu ketika anda pulang dan mendapatkan anak anda mengadu bahwa suster memarahinya begini dan begitu. Apakah kira-kira yang anda lakukan?... Hati  panas dan berpikir suster ini kurang ajar, apa haknya marah-marah ke anak saya, suster ya cukup jadi suster saja, bertindak seperti tersebut atau membawanya dalam pergumulan hati dan pikiran melalui doa?...

Banyak dijumpai kasus anak-anak yang suka menyakiti pembantu mereka, apakah mencubit atau membentak dan sebagainya. Akhirnya pembantu atau suster tersebut merasa kerepotan karena sikap yang tidak hormat dan mnghargai tersebut, akhirnya merasa tidak betah dan keluar. Pada akhirnya silih berganti pembantu atau suster setiap kali menggunakan suster atau pembantu baru karena merasa tidak tahan atau tidak betah. Hal ini tentu akan merepotkan bagi orangtua itu sendiri. Seiring perjalanan waktu dan semakin bertumbuhnya anak, situasi yang seperti ini dapat menjadikan anak berkembang pada situasi yang tidak baik dan terbentuk dalam diri mereka. Sikap merendahkan orang lain karena statusnya merasa lebih, tidak menghargai martabat dan harga diri orang lain dan sebagainya. Walau bagaimanapun juga, seorang suster atau pembantu toh juga manusia yang memiliki harkat dan martabat. Jika sudah berkembang menjadi seperti ini tentu orangtua dan anak itu sendiri yang rugi dalam kehidupannya.

Bandingkan bila seandainya anda melakukan sikap seperti ini, memeluk anak dan memberikan empati sambil mengatakan, "Kamu pasti melakukan kesalahan, tidak mungkin suster marah-marah kalau kamu tidak salah." Mungkin kemudian si anak akan berkata, "Ya, tapi kan cuma begini begini dan lain sebagainya." "Itu bukan cuma, itu salah. Sekarang, minta maaf sama suster." Walaupun mungkin kita perlu sedikit memaksa agar anak mau minta maaf.

Waktu akan terus berjalan dan anak-anak akan bertumbuh pada lingkungannya. Tindakan seperti ini akan menjadikan anak-anak respek pada suster atau pembantu mereka, sehingga ketika orangtua tidak ada di rumah tetap masih ada orang yang mereka segani dan turuti. Pada akhirnya anak akan tumbuh menjadi pribadi yang mampu menghormati dan menghargai oranglain tanpa melihat status sosialnya. Anak akan berkembang menjadi pribadi yang baik, pada akhirnya tentu orangtua juga akan merasakan manfaatnya selain anak itu sendiri.

Sumber : Disarikan Dari Berbagai Sumber Cara  Mendidik Anak

Go Back

Comment